Selasa, 20 Desember 2011


Nunun Nurbaetie Selama Buron ke Thailand                         
Dua Tempat Wisata Pilihan Nunun Selama Buron

Menjadi buronan Komisi Pemberantasan Korupsi, Nunun Nurbaetie tak selamanya bersembunyi di tempat yang tidak mudah terlacak pihak Interpol. Ternyata, dua tempat wisata di Thailand dan Kamboja kerap didatanginya bersama para pengawal. “Nunun beberapa kali datang ke Pattaya (Thailand) dan Angkor Wat (Kamboja),” kata sumber Tempo pekan lalu.

Menurut dia, dalam beberapa kali kunjungan itu, Nunun selalu dikawal empat sampai lima orang pengawalnya. Istri mantan Wakil Kapolri Adang Daradjatun ini berganti gaya dengan memakai kerudung dan kacamata hitam.

Sumber yang beberapa kali mengikuti Nunun sebelum ditangkap mengatakan Nunun terlihat tidak bisa bersembunyi di tempat yang sepi. “Terlihat sekali, dia ingin selalu berada di pusat keramaian.”

Selama pelarian, hampir dua tahun lamanya Nunun Nurbaetie menikmati kenyamanan, juga sejumlah fasilitas. Ia, seperti dugaan Komisi Pemberantasan Korupsi, dilindungi kekuatan besar.

KPK menduga kekuatan besar itu adalah jaringan bisnis tersangka kasus suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia yang dimenangkan Miranda Swaray Goeltom. "Kekuatan tertentu yang itu non-institusional," kata Busyro Muqqodas waktu itu.

Selama Buron, Nunun Dikawal Eks Marinir AS

Siapa sebenarnya sosok pelindung Nunun? Penelusuran Tempo, menemukan jaringan bisnis pelindung Nunun  itu disebut berkewarganegaraan Amerika Serikat, juga seorang warga negara Thailand.

Sosok misterius dari Amerika itu, adalah Philip B. Christensen, seorang veteran marinir Amerika Serikat. "Mereka bergantian mengawal Nunun,” kata seorang sumber Tempo, seperti dilaporkan dalam laporan utama majalah itu, yang terbit, hari ini, Senin 19 Desember 2011.

Nama Philip, seperti dilansir dalam penelusuran Tempo di Laporan Utama Majalah bertajuk “Mafia di Balik Nunun”, juga terdeteksi sebagai penyewa rumah yang ditinggali Nunun di Jalan Nantawan 5, Komplek Aqua Divina Urbano,Bangkok. Di rumah 316 meter persegi  dengan sewa 35 ribu baht – setara Rp 11 juta sebulan atau Rp 120 Juta setahun itulah, Nunun pada Rabu 7 Desember 2011 lalu dijemput polisi Thailand.

Sebulan sebelum Nunun dijemput polisi, Philip membawa Nunun ke rumah itu. Saat disergap, Philip sedang tidak mengawalnya.

Philip,  pria plontos, kulit putih dan berbadan kekar ini terdeteksi dari data manifes sejumlah penerbangan yang dipantau aparat internasional. Sejak Mei lalu, Nunun dimasukkan dalam buron Interpol. Namanya selalu ada di sejumlah pesawat yang diduga menerbangkan Nunun.

Kisah Si Plontos, Marinir Penjaga Nunun

Philip B. Christensen
Sulitnya Komisi Pemberantasan Korupsi mengendus persembunyian Nunun Nurbaeti di luar negeri ternyata berkat kepintaran pengawal-pengawal Nunun. Itu sebabnya kendati Nunun sering muhibah dari Singapura, Thailand, Kamboja, Hong Kong dan Laos, jejak Nunun tetap sulit terlacak.

Tersangka kasus suap cek pelawat saat pemilihan Deputi Gubernus Senior Miranda Goeltom pada 2004 itu selalu dijaga oleh lima pria kulit putih dan seorang warga negara Thailand.

Seorang di antaranya, dikenali sebagai Philip B. Christensen, veteran marinir Amerika Serikat. “Mereka bergantian mengawal Nunun,” kata seorang sumber Tempo, seperti dilaporkan dalam laporan utama majalah itu, yang terbit pekan ini (Selengkapnya baca Tempo edisi 19-25 Desember 2011). Dua tahun dalam pelarian, Nunun tetap aman.

Meski Nunun masuk dalam daftar buruan Interpol sejak Mei lalu, dia tetap tak terlacak. Ada pria plontos, kulit putih, dan berbadan kekar ini selalu duduk tepat di samping kursi Nunun. Pada suatu ketika, Philip memperoleh kursi terpisah dari istri mantan Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Adang Daradjatun itu. Ia pun segera meminta awak pesawat memindahkan kursinya agar bisa duduk berdampingan dengan “klien”-nya.

Pertengahan November lalu, Philip tertangkap kamera Bandar Udara Suvarnabhumi, Bangkok. Mengenakan celana jins, kemeja putih, dan jaket hitam, dia berjalan tepat di belakang Nunun. Matanya terkesan sedang mengawasi sekeliling. Adapun Nunun menutup rambutnya dengan kerudung yang diikat di bagian atas.

Menurut sejumlah sumber, aparat Thailand mengintai beberapa saat sebelum mulai merangsek ke rumah. Mereka menunggu hingga Philip meninggalkan rumah itu. Ketika kemudian polisi masuk, Nunun hanya ditemani pengawal berkewarganegaraan Thailand dan seorang kerabatanya.

Philip bukan orang asing bagi Adang. Ia tercatat dua kali masuk Indonesia. Pada satu kali kunjungannya, ia diketahui bertemu pensiunan jenderal bintang tiga itu di Restoran Batavia, Jakarta Pusat.

Ditanyai soal ini, Adang menolak memberi penjelasan. “Anda kejar sampai kapan pun, saya tidak akan menjawab,” ujarnya. Sedangkan Troy Pederson, Atase Pers Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta, menolak memberikan informasi tentang Philip. “Maaf, undang-undang kami melarangnya,” kata Pederson.

Bagaimana Akhirnya Pengawal Nunun Terlacak ?

Sang pengatur, adalah pria kekar yang juga pensiunan marinir Amerika Serikat. Philip B. Christensen, pemimpin perusahaan jasa keamanan berbasis di Bangkok ini akhirnya terdeteksi menjadi 'Pengawal' Nunun. " Ia bergantian mengawal Nunun dengan lima orang lainnya" kata sumber Tempo.

Bagaimana sesungguhnya jejak Philip terendus aparat ? Petunjuk itu datang dari manifes penerbangan yang mencantumkan nama Nunun Nurbaetie. Sejak Mei lalu, istri Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia Adang Daradjatun itu dinyatakan buronan interpol. Philip, pria plontos, kulit putih dan kekar itu selalu meminta duduk di kursi sebelah Nunun. Sumber Tempo menyebut, ia pernah meminta awak pesawat memindah kursinya agar bisa duduk berdampingan dengan Nunun.

November lalu, wajah pria ini tertangkap kamera Airport Suvarnabhumi, Bangkok. Ia berjalan tepat di belakang Nunun dengan mengenakan jins, kemeja putih dan jaket hitam. Ia mengawasi sekeliling. Nunun menutup rambutnya dengan kerudung yang diikat di bagian atas. Potongan gambar Nunun dan pengawalnya itu terekam pada kamera keamanan, yang dilihat Majalah Tempo pekan lalu.

Jejak pengawal Nunun juga terdeteksi dari penarikan uang. Satu dari empat anak buah Philip, tertangkap kamera ATM di pusat Kota Bangkok. Lensa kamera ternyata juga merekam Nunun, yang berdiri di belakangnya. Setelah itu, polisi membuntuti dan menemukan rumah sewaan mereka. Di rumah  sewaan, terakhirnya berada di Aqua Divina Urbano,  timur pusat Kota Bangkok itulah polisi mendapat gambaran sosok Philip. Rumah itu, disewa atas nama Philip B. Christensen, seharga Rp 120 juta setahun. Baru sebulan lalu, Nunun di bawa kesitu.

Sang pengawal, dipastikan selalu ada setiap Nunun bergerak. Termasuk ke luar Thailand, misalnya ke Kamboja dan Laos. Duta Besar Republik Indonesia di Bangkok, Muhammad Hatta dalam percakapannya dengan Tempo menyebutkan, Nunun berangkat ke Kamboja pada 23 Maret lalu. Nunun juga tercatat menyeberang ke Laos sekitar Juni. (Empat Bulan Lalu Nunun Terlacak di Laos). Menurut sumber Tempo, seluruh perjalanan Nunun dari Thailand ke Kamboja diatur tim pengawalnya dengan rapi. Sang pengawal, bahkan melakukan operasi kontraintelijen dengan wara-wiri ke sejumlah tempat untuk mengecoh.

Beking Nunun di Thailand Sempat Tawarkan Sogokan

Penangkapan Nunun Nurbaetie, tersangka cek pelawat, pada Rabu dua pekan lalu ternyata tidak mudah. Beberapa jam setelah dibekuk polisi Bangkok, Thailand, ada upaya dari pihak-pihak tertentu meminta Nunun dibebaskan.

“Ada yang menawarkan uang dengan kompensasi Nunun dilepaskan,” kata sumber Tempo yang dekat dengan pejabat kepolisian Thailand. “Tawaran pertama satu juta baht, lalu naik menjadi lima juta baht.”

Menurut sumber itu, tawaran tersebut datang dari seseorang yang berpengaruh di negeri Gajah Putih. “Dia seorang pejabat tinggi,” katanya tanpa mau menjelaskan secara detail orang yang menawarkan suap tersebut.

Tempo berusaha meminta tanggapan pejabat kepolisian Thailand. Namun Kepala Kepolisian Thailand Jenderal Priewpan Damapong lewat bawahannya Kapten Siyada mengaku tidak tahu-menahu soal itu. “Atasan saya tidak tahu soal penangkapan Nunun,” kata Siyada, Rabu (14/12).

Seorang polisi berpangkat kolonel yang bertugas di Divisi Urusan Luar Negeri Markas Besar Kepolisian Thailand menyatakan penangkapan Nunun diketahui dari staf Kedutaan Indonesia di Thailand yang menemuinya Selasa, sehari sebelumnya. Ia juga mengatakan unitnya sedang mencari tahu yang sebenarnya terjadi. “Kami sudah minta laporan dari bawah,” katanya. “Tapi belum ada yang masuk.”

TEMPO.CO